Senin, 19 Desember 2022

5 Destinasi Wisata Yang Wajib Dikunjungi di Labuan Bajo Selain ke Pulau Komodo

 Penulis; Febri Wengke

(keindahan kota pelabuhan Labuan Bajo dihiasi puluhan kapal yang mengambang, sumber; dokumentasi pribadi)

Kegemaran berwisata bagi setiap orang menjadikan setiap destinasi wisata yang mereka impikan wajib mereka kunjungi. Salah satunya adalah Labuan Bajo yang mana sudah dicanangkan sebagai destinasi super prioritas oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkeraf).

Akhir-akhir ini Labuan Bajo sudah diramaikan oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yang mana menjadi prioritas kunjungan adalah Pulau Komodo dan Pulau Padar. Dikarenakan gencarnya media social instagram dalam memposting keindahan kedua pulau tersebut.

Padahal selain Pulau Komodo dan Pulau Padar di dekat kota Labuan Bajo juga ada beberapa destinasi wisata yang wajib dikunjungi selain Pulau Komodo dan Pulau Padar.

Melansir dari berbagai sumber dan hasil kunjungan penulis sendiri memaparkan 5 destinasi wisata yang wajib dikunjungi di Labuan Bajo.

Gua Rangko

(kemegahan di dalam Gua Rangko dilihat dari pintu masuk Gua, Sumber; https://visitfloresisland.com/)

Gua yang satu ini tak mau kalah menampilkan pesonanya dari berbagai objek wisata yang ada di Labuan Bajo yaitu Gua Rangko. Gua yang merupakan salah satu gua yang berada di pinggir laut dengan tempuh 15 menit dari pantai utara tepatnya di Desa Rangko menggunakan perahu kayu milik masyarakat local yang ada disekitar.

Gua Rangko menampilkan keindahan alam yang mana terdapat stalagtit dan stalagmit yang terbentuk dari dinding-dinding gua. Tetesan air yang berkapur membentuk stalagtit dan stalagmite. Air laut yang masuk melalui sela bebatuan karang depan gua membentuk kole yang sangat jernih di dalam gua, kolem tersebut sangat memanjakan wisatawan yang datang untuk berenang. Anda berwisata ke Labuan Bajo tentunya jangan lewatkan Goa yang satu ini. Selamat datang.

Gua Batu Cermin

(terbentuknya stalagtit dalam Gua Batu Cermin dari air yang mengandung kapur, sumber; https://visitfloresisland.com/)

Saat berwisata ke Labuan Bajo selain berkunjung ke Goa Rangko, berwisata belum menarik kalau belum berkunjung ke Gua Batu Cermin. Kemegahan Gua Batu Cermin juga tak luput dari terbentuknya berbagai stalagtit dan stalagmit dari tetesan air berkapur. Berwisata ke Gua Batu Cermin haruslah mentaati peraturan penjaga  dan supaya tidak tersesat maka harus ditemani oleh salah satu petugas yang berjaga dikarenakan terdapat berberapa jalur masuk dan sempit.

Dikatakan bercermin oleh karena biasan cahaya yang masuk melalui lubang diatas gua membias pada dinding bebatuan gua dan memang keseluruahan dinding gua merupakan bebatuan. Didalam gua juga terdapat beberapa fosil kura-kura yang menempel pada dinding. Gua Batu Cermin tepatnya berada di desa Wae Kesambi, sekitar 7 sampai 10 menit dari pusat kota Labuan Bajo. So para traveler tunggu apalagi mari saksikan kemegahanya.

Kampung Tradisional Melo

(keseruan aduh cambuk atau tarian Caci dari sepasang pemain di halaman Kampung Melo, Sumber; https://visitfloresisland.com/ )

Mengenal daerah Manggarai tentunya tak lepas dari mengenal budaya atau tradisi yang diyakini oleh masyarakat Manggarai yang mana memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi setiap orang yang mengunjungi daerah Manggarai. Lebih khususnya di Manggarai Barat terdapat Kampung Melo merupakan perkampungan adat yang cukup primitive dengan tradisi yang diyakini.

Saat berada di Labuan Bajo jangan lewatkan untuk berwisata ke Kampung Tradisional Melo, karena  disana anda akan disambut dengan tarian Caci yang dimainkan oleh para lelaki dewasa sebagai tarian tradisional aduh cambuk, dilengkapi dengan berbagai aksesoris tradisional yang dikenakan ole pemain caci tersebut.

Selain itu kemegahan rumah adat yang ada di Kampung Melo, beserta tarian adat dan rutinitas masyarakat yang menjadikan keexotikan kampong untuk menjadikan wisatawan wajib mengunjunginya. Jarak tempuh dari Labuan Bajo menuju Kampung Melo para wisatawan akan menepuh dalam berkendara sekitar 45 menit sampai 1 jam. Para traveler jangan hanya mengenal keindahan alamnya Labuan Bajo, masyarakat local Kampung Melo menunggu kedatangan anda untuk mengenal destinasi budayanya Labuan Bajo.

Bukit Silvia

(keindahan panorama bukit Sylvia dipandang dari atas puncak bukit, sumber; https://visitfloresisland.com/)

Saat berwisata ke Labuan Bajo tak kala menarik jika mengunjungi Bukit Silvia untuk menikmati keindahan matahari terbit maupun mathari terbenam dan hamparan pulau yang seperti mengambang dilautan. Objek wisata Bukit Sylvia sering disebut juga sebagi Bukit Cinta, yang mana suasana di bukit  ini sangat mempesona dan juga memberikan kesan romantic bagi pasangan yang berkunjung. Pemandangan dari puncak bukit juga menggambarkan kemegahan dari kapal-kapal yang bersandar dekat pelabuhan.

Lokasih bukit Sylvia sendiri berada di jalur utara dari pusat kota Labuan Bajo, tepatnya berada di hamparan perbukitan Wae Ciccu. Jika berjalan kaki dari pusat kota Labuan Bajo bias ditempuh 30 menit dan mnggunakan transportasi umum dapt ditempuh sekitar 5 menit.

Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dari pusat kota Labuan Bajo dan akses menuju bukit yang begitu mudah menjadikan objek wisata Bukit Sylvia ramai di kunjungi wisatawan local maupun mancanegara. Untuk menuju puncak bukit diperlukan mendaki sekitar 5 menit. So para traveler jangan lewatkan spot yang satu ini, kami tunggu kedatangan anda di Labuan Bajo.

Air Terjun Cunca Wulang

(panorama keindahan alam yang digambarkan dengan air terjun Cunca Wulang disiang hari, sumber; dokumentasi dari Sdr. Amandus Yasmin)

Selain keindahan hampran pulau, bukit, pantai, dan budaya di sekita Labuan Bajo salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi yaitu air terjun Cunca Wulang. Kesejukan sekitar area air terjun Cunca Wulang yang pepohonan masih terjaga begitu lebat. Ketika masuk ke cunca Wulang akan melintasi dua jembatan gantung dengan panorama air sungai yang mengalir.

Air terjun yang berada diketinggian 200 meter diatas permukaan air laut ini diapiti oleh dua tebing bebatuan. Di air terjun cunca wulang para wisatawan juga bisa meloncat dari atas tebing bebatuan dengan berkonsultasi dan izinan dari pemandu yang bertugas untuk memastikan kondisi debit air agar peloncat tidak membentur sampai dasar laut.

Lokasih air terjun Cunca Wulang tepat berada di kawasa hutan lindung Mbeliling, Desa Cunca Wulang, Kecamatan Mbeliling. Jarak tempuh dari pusat kota Labuan Bajo sekitar 30 km kurang lebih dalam waktu 1 jam menggunakan transportasi umum. Kemudian dilanjutkan 1 jam lagi dari pintu gerbang masuk memulai pendakian menuju air terjun Cunca Wulang. Para petualang jika berlibur ke Labuan Bajo jangan lewatkan untuk memacu adrenalin di air terjun Cunca Wulang.

Demikianlah 5 objek wisata yang wajib dikunjungi disekitar kota Labuan Bajo. Berbicara tentang Labuan Bajo dan Flores pada umumnya akan lebih banyak lagi objek wisata yang sangat indah untuk disebarluaskan melalui tulisan. Walaupun Labuan Bajo sudah menjadi destinasi wisata prioritas, tetapi perlu beberapa masukan dan perbaikan, khususnya bagian pemasaran objek-objek wisata agar masyarakat luar mengenal keindhan dan kenunikan Labuan Bajo dan Flores keseluruhanya. Sekiranya melalui artikel kali ini dapat membantu secara tidak langsung untuk memasarkan 5 objek wisata yang dijelaskan sebelumnya.***

Sabtu, 23 April 2022

Walau Menelan Korban Setiap Tahun, Tambang Pasir Bukit Weol Tetap Berlanjut

Oleh, Febri Wengke

Bukit Weol, 23 April 2022 Pekerja tambang pasir di Bukit Weol, Kelurahan Wae Belang, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai yang mana para pekerja tambang saat ini masih berlanjut walau beberapa tahun belakangan menelan korban setiap tahun akibat tertimbun galian pasir. 
Bukit Weol merupakan salah satu bukit yang meiliki kandungan pasir sangat tinggi, sehingga oleh warga sekitar khususnya yang meliliki lahan area bukit tersebut dijadikan asset yang sangat menguntungkan. Karena pasir sebagai material yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan gedung dan bangunan lainya. Demikian sebagian masyarakat sekitar memilih untuk bekerja sebagai penambang pasir.
(dokumentasi pribadi: situasi para pekerja yang sedang menggali pasir Bukit Weol)

Kehidupan memang harus dipertanggung jawabkan, bagaimana kehidupan itu bertahan untuk dijalani tentu harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sebagai dasar memperthankan hidup. Setiap manusia pasti mengalami apa yang dinamakan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup, bekerja sesuai porsi dan keahlian masing-masing untuk mendapatkan hasil yang mencukupi kebutuhan hidup.
Tidak terkecuali kerja keras para pekerja tambang pasir di Bukit Weol yang sampai saat ini masih bekerja menambang pasir untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. 
Bapak Don yang beumur 25 tahun merupakan salah satu pekerja tambang pasir yang sudah bekerja sejak tahun 2012 merasakan hasil dari pkerjaanya yang mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.
“alasan saya hampir semua pekerja disini untuk tetap bekerja di penambangan pasir Weol ini karena kami sudah merasakan hasil dari pekerjaan ini untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, walau selama kami bekerja ada kecelakana pekerja lain yang tertimbun pasir” jelas Bapak Don saat diwawancarai diarea galian pasir yang dia kerjakan.
Pria yang berasal dari Kecamatan Ndoso itu memilih  untuk bekerja sebagai penambang pasir di Weol merasakan hasil kerjanya dengan system bagi hasil dengan pemilik lahan pasir dan beliau juga menerapkan target hasil kerjanya dengan setiap satu minggu harus ada empat kali muatan pasir yang terjual.
Singkat yang beliau paparkan system kerjanya “menjalani pekerjaan ini saya memilih bagi hasil dengan pemilik lahan pasir itu hampir diterapkan setiap pekerja disini, untuk saya peribadi dari system bagi hasil itu saya bisa targetkan kepada diri sendiri bahwa setiap satu minggu wajib ada empat kali muatan pasir yang terjual dengan harga muatan pasir yang variasi dari Rp400.000 sampai Rp800.000.”
Lain kisah dari penambangan pasir yang memberikan keuntungan ekonomi bagi para pekerja. Ada pula tragedy yang menelan nyawa sebagian pekerja tambang pasir di beberapa tahun belakangan ini. 
Masih dari Bapak Don menjelaskan “selama saya bekerja di pasir Weol ini sejak 2012 sudah menelan korban jiwa 5 orang semuanya akibat tertimbun pasir, memang sebelum saya bekerja disini juga sudah menelan beberapa korban setiap tahun.”
“ada beberapa faktor dari tragedy tertibun pasir tersebut, itu karena kelelaian pekerja sendiri yang menggali pasir dengan membuat gua, jenis pasir yang menyerap air sehingga beban berat bertambah tanpa ada tumpuan lain sehingga terjadinya longsor, mungkin juga memang ajal dari setiap orang bahwa hidupnya berakhir seperti itu, ada pula factor larangan dari istri dan mistis bahwa di Bukit Weol ada penunggu roh halus.” Tambah Bapak Don.
Dari setiap tragedy tersebut yang menelan nyawa pekerja, harapanya akan ada dari pemerintah untuk melindungi rakyatnya. Khususnya pihak pemerintah tingkat lurah dan kecamatan untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan keselamatan kerja bagi para pekerja tambang pasir yang ada di Bukit Weol.
“memang dari setiap tragedi pekerja yang tertimbun pasir selama ini, bagi keluarga yang ditinggalkan mendapat bantuan lain dari pemerintah, sekiranya untuk kedepan harapan saya dan kami semua pekerja disini agar dari pemerintah turun tangan melaksanakan sosialisasi dan pelatihan keselamatan kerja dalam areal tambang pasir, juga memperketat retribusi pertambangan disini untuk kami setiap pekerja mendapatkan tunjangan jika terjadi kecelakaan.” Harap Bapak Don kepada pemerintah.

Sabtu, 05 Maret 2022

Penti and Pa'u Tuak Curu in Manggarai Tribe

By, Febri Wengke


The term Manggarai is not a foreign thing for us Indonesian people because the term Manggarai names two places that we often hear, including in Jakarta, there is a train station called Satsiun Manggarai and one is in East Nusa Tenggara, precisely on the western part of Flores island, namely the Manggarai tribe which covers three districts. namely East Manggarai, Manggarai, and West Manggarai. Apart from that, this section specifically discusses the Manggarai tribe which is one of the tribes carried by the Manggarai people from the three districts mentioned above. This time the author discusses two traditional events owned by the people of the Manggarai tribe, including "Penti" and "Pa'u Tuak Curu."

Penti

Penti is an annual event held by residents from several villages in Manggarai. Penti is held in November, as an event of gratitude to God who has been passed down from generation to generation for the harvest that has been obtained. Apart from being a ceremony for the harvest, Penti is also held to celebrate togetherness or strengthen peace between villagers. So every Penti celebration event, all village residents gather together to celebrate Penti, both those who live in the village and those who live in other villages or other areas are called to join in the Penti event. The ceremonies that are united in the Penti celebration include; offerings to God and ancestors "teing hang", the ritual of inviting ancestral spirits and cleansing of the "barong wae" spring, the ritual of inviting the spirit of the gardener "barong lodok", the togetherness dance "cogka sae" and traditional games or matches using the whip"caci."

Pa'u Tuak Curu

Pa'u Tuak Curu is one of the habits of the Manggarai people in welcoming guests who visit a village. This method is done as an expression of gratitude to God that the visiting person arrived safely. Also as a tribute to the welcome for their presence. It is said that Pa'u Tuak Curu is usually held for the arrival of the kings in Manggarai. Because of the development of human civilization, the royal system no longer exists. So now the Pa'u Tuak Curu event is held, if there are high-ranking government guests such as the President, Minister, Governor, Regent and religious officials such as Bishops and Pastors or Priests. Aside from being a respect, this custom is also done to give a reflection, that the arrival of the guest is accepted and provides comfort.

These are two events of Manggarai tribe as Penti and Pa,u Tuak Curu that author purpose on this specific part of writing. hopefully useful for those read and if anyone else who know more about these two events, the criticism and suggestion are welcome to discuss.

#tribe #manggarai #penti #pa,u tuak curu #travellover #travelblogger

Selasa, 01 Maret 2022

Nyepi Day in Bali, March 28th 2020

By, Febri Wengke

Nyepi day is one of the days that I have been waiting for, as continued my life journey in Bali. During four years I have been in Bali to continue my way of life as to work and study. On that time too I have four times to celebrate the Nyepi day as the day of silent. That Nyepi is one the ceremony in Hindusm in one year that to reflect our life. I’m sorry I can’t give deeply understanding about Nyepi , but what that I have simple perspective about Nyepi is quietness and changing. In the previous that third time Nyepi that I have passed, despite I haven’t got deeply feeling on Nyepi. Cause of I have just thinking that Nyepi is just to being quite of village or community to leave away from daily activity.
























(Photo: personal dokumentation at Besakih Tample)

For all of family even whoever them as must to stay together at home, not everyone to get out of home, even not to do anything outside of home, even though just to walk down the street. Likewise of mine that I have been wander off in Bali that just to stay simple in the private monthly boarding house. Every moment of Nyepi day I am going to my family in Denpasar to join as to celebrate together. Indeed gather with family at the times like that very valuable, break bread, joking, stories, laughter together, and the others noise. Until we were forgot to deepen the peace of that Nyepi day. What the essence to do at the moment of Nyepi day? That thing loss of our mind. 
Back to what I have experienced at the moment of Nyepi day in this year, I have begun to feel calmness and happiness, also a little renewal. Because on the Nyepi day at this time I changed my perception that I have lonely, calm, silent, and pray that what I have did during the Nyepi day. With that I have begun to think  about Nyepi day that as not only to; empty out of road, to calm the village, stay together with family, and just stay at home. Not! But at the moment of Nyepi day I have tried to  stay calm, pray, empty out of myself. I have tried to deeply feeling in essence of my spirit and body from all of the activity that I have did so solid, even though the problems that I have got so burden. From everything that I have done on that Nyepi day, I have felt and permeated the real of Nyepi day, which has given me freshness, renewal, and happiness. Suksuma, Rahajeng Rahina Nyepi.

Jumat, 25 Februari 2022

Pemberlakuan 25% Kerja Pegawai Nonesensial Berimbas Merosotnya Orderan Ojek Online

Oleh, Febri Wengke

Merambatnya peberlakuan 25% kerja selama PPKM level 3 area DKI Jakarta  berdampak pada merosotnya hasil kerja dari sector pekerja ojek online di area Kota Depok.

Seperti yang dilansir dari media online Liputan6.com perkantoran nonesensial di DKI Jakarta kini wajib memberlakukan sistem kerja dari rumah atau work from home (WFH). Kantor-kantor itu hanya diizinkan melaksanakan work from office (WFO) atau bekerja di kantor sebesar 25 persen. Hal itu tertuang dalam keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 118 Tahun 2022 tentang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 3 corona virus disease 2019 yang ditekan Gubernur DKI Jakarta  Anies Baswedan pada 7 Februari 2022.

(Foto; Dokumen pribadi saat menumpangi motor pekerja ojek online Grab pak Ismail)

Tidak terkecuali Bapak Ismail pekerja ojek online pada Grab yang beroprasi sekitaran Kota Depok. Bersama Bapak Ismail yang saya wawancarai pada sore Jumaat 25 Februari 2022 sekitar pukul 16.40 sembari mengemudikan motor mengaku selama berlakunya 25% kerja bagi para pegawai nonesensial merasakan menurunya orderan ojek yang beliau terima setiap harinya, bahkan kadang seharipun tidak ada orderan. Karena selama ini orderan yang beliau terima kebanyakan dari kalangan pegawai nonesensial. Pria yang beranak satu itu berasal dari Jakarta, karenakan untuk memenuhi ekonomi beliau bersama keluarga kecilnya memilih tinggal di Kota Depok. “hidup ini kita jalani semampunya kita aja mas, soal rezeki sudah diatur oleh Dia yang diatas, syukuri aja apa yang kita terima dan nikmati sekarang” papar pak ismail seraya terasa untuk menikmati hidup yang secukupnya selama masa pandemic covid 19 dan diberlakunya 25% kerja di DKI Jakarta. Harap Pak Ismail "agar dari Dia yang diatas menagatur sebaiknya kehidupan ini untuk cepat diselesaikanya masalah pandemi virus corona yang terjadi saat ini."

Sabtu, 29 Januari 2022

Meredupnya Literasi Membaca Buku Dalam Kemajuan Teknologi

Oleh; Febri Wengke

Ambangan literasi dalam kehidupan masyarakat yang sampai sejauh ini masih berthan pada standar, tanpa ada perkembangan. Literasi merupakan suatu kreativitas seseorang ataupun sekelompok orang dalam hal membaca, menulis, berkomunikasi, dan berhitung. Pada fase standar literasi yang mana pada perkembanganya saat ini dikarenakan kurangnya kreativitas masyarakat khususnya para akademisi dalam berliterasi. Dalam hal ini khususnya membaca sebagai salah satu peroses mencari ilmu pengetahuan, sebagaimana para cendikia mengatakan “membaca adalah jendela dunia.” Membaca sekarang ini bisa dilakukan melalui berbagai media antara lain media offline seperti buku, majalah, Koran, brosur, dll. Ada juga melalui media online seperti ebook, google search, majalah online, dll.

Berbicara mengenai literasi khususnya dalam hal membaca buku yang menjadi salah satu aspek perkembangan literasi dari jaman dulu sampai sekarang ini, membaca buku tetap pada stagnasi perkembanganya. Oleh karena peminat baca yang semakin berkurang hanya saja segelintir orang dan dengan mewadahi perkumpulan klub kecilan sebagai pencinta buku. Sebagianya lagi khususnya para akademisi terpaksa membaca buku karena disuruh oleh guru atau dosen atas tuntutan materi tambahan dan referensi tugas-tugas tambahan yang diberikan dalam mata kuliah atau pelajaran yang diampuh. Dari masyarakat umum lainya menganggap bahwa membaca buku adalah hanya kewajiban para pelajar atau akademisi dan kewajiban para pejabat-pejabat. Yang mana sebenarnya membaca buku merupakan hak dan kewajiban siapapun yang ingin mendapat wawasan dan ilmu pengetahuan lebih untuk dirinya sebagai bekal dalam menjalani hidup yang kemajuanya sangat pesat ini. Sehingga ilmu pengetahuan tidak melulu didapatkan melalui pendidikan formal dan lebih berkompeten lagi bagi para pelajar atau akademisi yang berpendidikan formal jika secara creative dan kesadaran untuk membaca buku sesuai bidang ilmu yang ingin dipelajari.

Memang tidak bisa dipungkiri pula perkembangan teknologi sekarang ini yang memberikan kemudahan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Perkembangan teknologi dalam hal ini yaitu computer, labtop, handphone, dll sebagai teknologi yang mnyalurkan media online yang dapat diakses dengan cepat dan mudah melalui jaringan internet atau network. Kaitanya dalam hal kurangnya minat baca buku masyarakat dan pelajar karena cepat dan mudahnya mengakses media baca online pada ebook, google search, majalah online, dll. Membaca pada media online yang hanya dapat diakses melalui computer, labtop, handphone, dll. Kemudahan dan keinstanan itu cendrung masyarakat dan akademisi atau pelajar memojokan buku yang berwujud, mungkin tidak membaca sama sekali.

Meredupnya literasi membaca buku terlampau efeknya yang dialami ibu Mela sebagai penjual buku di toko buku Mail area Pondok Cina, Kota Depok. Penjualan buku bu Amel sekarang ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya “Palingan sekarang kalau ramenya pembelian buku ketika mengawali semester dan tahun ajaran baru,” tanggap Bu Amel saat diwawancarai. Beliau juga menambahkan “apa yang saya ketahui sisitem pendidikan Indonesia kurang penegasanya jangankan pendidikan hukum pun kurang penegasan terhadap pelakunya, pendidikan yang diemban sebagian orang hanya mengikuti alur saja tanpa memiliki kesadaran, murid hanya datang diam duduk dengar pulang dan guru  hanya  menyampaikan materi kemudian dipahami atau tidak intinya sudah dilaksanakan, begitupun dengan murid tanpa memiliki pemahaman mendalam atas materi dari gurunya.” Dalam wawancara Bu Amel juga berharap “pemerintah khususnya mentri pendidikan sebagai tumpuan riset sistem pendidikan yang menyeluruh tidak hanya di kota saja diriset tetapi menyeluruh dan rata sampai pelosok negri, dalam hal literasi harus digalakan untuk terus disosialiasakan sebagai acuan kreativitas dalam membaca, menulis, membaca, berkomunikasi, dan berhitung, tidak hanya bagi para pelajar tetapi juga kepada masyarakat seluruhnya.”

Kamis, 02 Desember 2021

Born to Renewal

By, Febri Wengke
As humans who come and live on this earth exist if not through what is called birth. The reality of human life that develops from time to time is based on or begins with a birth term. In terms of birth is the presence of a new human in this world in the form of a baby born from the womb of a mother. According to the Indonesian Dictionary Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) that birth from the word birth is defined as coming out of the womb and appearing in the world or society. The birth of a baby has an impact starting from the feeling of the baby himself who feels he is in a new environment and atmosphere. Likewise, the feelings of both parents of the baby feel happy with the birth of their baby. It is also from birth that will make a whole what is called a family, forming a general family structure of father, mother, and children who are included with their respective responsibilities in living a good life.
Regarding the birth of the Lord Jesus Christ in the Catholic faith, which is celebrated every December 25, which is commonly called Christmas Day. The birth of Jesus is a testament to the love of God the Father for his people, through the Virgin Mary who was conceived by the Holy Spirit. As quoted in the Gospel of Luke 1:30-33, the angel said to her: “Do not be afraid, O Mary, for you have grace before God. Behold, you will conceive and give birth to a son, and you must name him Jesus. He will be great and will be called the son of the Most High God. And the Lord God will give him the throne of David his father. He will be king over the house of Jacob forever, and the kingdom will have no end.” This is one of the greatest works of God the Father to send Jesus Christ into the world. Mother Mary can also reflect on her belief and obedience to God, so that Mother Mary is trusted by God to realize His work of sending Jesus who is full of the Holy Spirit. Jesus was born as God's mission to be present in the midst of human life which has an impact on true happiness for all his people. Jesus was born to provide a new atmosphere for the lives of his people, where the lives of his people are full of sin, oppression, poverty, illness, disease, paralysis, and other forms of suffering. It will all be renewed with salvation by the birth and presence of Jesus Christ.
Thus the birth of Jesus will also bring people closer to God. Because of the negligence of man himself who plunged his life into the darkness of sin that had occurred from the time of Adam and Eve. Continuing what is told in the gospel of Matthew 3;2, namely the statement of John the Baptist "repent for the kingdom of God is at hand," it is used as a plan brought by Jesus from God to reveal the kingdom of God in the midst of mankind. So God, through Jesus Christ, was sent to direct people to the way of God and show the Kingdom of God. The mission was carried out with repentance and because of Jesus' love for his people, He was willing to be ransomed on the cross to save his people. By interpreting the birth of Jesus not only to boast, that no matter how many times of suffering and sin there will be Jesus who saves and redeems, but the birth of Jesus as a view and meaning to renew oneself to be more alert, restrained, and more self-control to live better.
As has been said before that the birth of Jesus Christ as a meaning for renewal, which will also give a broad meaning of renewal for human life. Interpreting the birth of Jesus in human attitudes that were previously full of negative attitudes such as stealing, gambling, drug addiction, drunkenness, harassment of women, and other negative attitudes. From these negative attitudes that must be abandoned, then give birth to new attitudes that will be renewed with faith and deepening the birth of Jesus will also have an impact on the birth of positive attitudes such as diligently praying to grow faith, reading and contemplating the holy book as a view to realize themselves, actively studying and working to benefit themselves and others, respecting each other, serving, maintaining peace, and other positive attitudes.
Through the meaning of the birth of Jesus, hope for the current condition of human life that is being hit by the corona virus will be restored and renewed with a safe and healthy life. Interpreting the birth of Jesus so that intolerance, terrorism, oppression will be renewed with the presence of peace and security for life together. Poverty and paralysis through the meaning of the birth of Jesus will be renewed with the arrival of fortune and healing. The hope for these reforms can be combined with the meaning of the turn of the year, from 2021 to the new year of 2022. Like a new year that always gives a new atmosphere, even though the cycle of time runs the same and life's situations do not change. Creating a new atmosphere that gives meaning and tries to implement it in life, in the form of new hope, new determination, new plans, new enthusiasm, and so on. May the same spirit grow and develop in spirituality as an important aspect and center of life as a whole human being. So that it can provide a balanced emphasis between body and soul.
Therefore, it can be concluded that birth is not only to present new humans, but will also bring renewal in the life journey of the human being who was born himself and other humans around him. In connection with commemorating the birth of Jesus, it is more interpreted with the birth of a new attitude that is good and right, worthy and appropriate for humans and the birth for the renewal of the state of human life.

5 Destinasi Wisata Yang Wajib Dikunjungi di Labuan Bajo Selain ke Pulau Komodo

  Penulis; Febri Wengke (keindahan kota pelabuhan Labuan Bajo dihiasi puluhan kapal yang mengambang, sumber; dokumentasi pribadi) Kegemara...