Sabtu, 23 April 2022

Walau Menelan Korban Setiap Tahun, Tambang Pasir Bukit Weol Tetap Berlanjut

Oleh, Febri Wengke

Bukit Weol, 23 April 2022 Pekerja tambang pasir di Bukit Weol, Kelurahan Wae Belang, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai yang mana para pekerja tambang saat ini masih berlanjut walau beberapa tahun belakangan menelan korban setiap tahun akibat tertimbun galian pasir. 
Bukit Weol merupakan salah satu bukit yang meiliki kandungan pasir sangat tinggi, sehingga oleh warga sekitar khususnya yang meliliki lahan area bukit tersebut dijadikan asset yang sangat menguntungkan. Karena pasir sebagai material yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan gedung dan bangunan lainya. Demikian sebagian masyarakat sekitar memilih untuk bekerja sebagai penambang pasir.
(dokumentasi pribadi: situasi para pekerja yang sedang menggali pasir Bukit Weol)

Kehidupan memang harus dipertanggung jawabkan, bagaimana kehidupan itu bertahan untuk dijalani tentu harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sebagai dasar memperthankan hidup. Setiap manusia pasti mengalami apa yang dinamakan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup, bekerja sesuai porsi dan keahlian masing-masing untuk mendapatkan hasil yang mencukupi kebutuhan hidup.
Tidak terkecuali kerja keras para pekerja tambang pasir di Bukit Weol yang sampai saat ini masih bekerja menambang pasir untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. 
Bapak Don yang beumur 25 tahun merupakan salah satu pekerja tambang pasir yang sudah bekerja sejak tahun 2012 merasakan hasil dari pkerjaanya yang mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.
“alasan saya hampir semua pekerja disini untuk tetap bekerja di penambangan pasir Weol ini karena kami sudah merasakan hasil dari pekerjaan ini untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, walau selama kami bekerja ada kecelakana pekerja lain yang tertimbun pasir” jelas Bapak Don saat diwawancarai diarea galian pasir yang dia kerjakan.
Pria yang berasal dari Kecamatan Ndoso itu memilih  untuk bekerja sebagai penambang pasir di Weol merasakan hasil kerjanya dengan system bagi hasil dengan pemilik lahan pasir dan beliau juga menerapkan target hasil kerjanya dengan setiap satu minggu harus ada empat kali muatan pasir yang terjual.
Singkat yang beliau paparkan system kerjanya “menjalani pekerjaan ini saya memilih bagi hasil dengan pemilik lahan pasir itu hampir diterapkan setiap pekerja disini, untuk saya peribadi dari system bagi hasil itu saya bisa targetkan kepada diri sendiri bahwa setiap satu minggu wajib ada empat kali muatan pasir yang terjual dengan harga muatan pasir yang variasi dari Rp400.000 sampai Rp800.000.”
Lain kisah dari penambangan pasir yang memberikan keuntungan ekonomi bagi para pekerja. Ada pula tragedy yang menelan nyawa sebagian pekerja tambang pasir di beberapa tahun belakangan ini. 
Masih dari Bapak Don menjelaskan “selama saya bekerja di pasir Weol ini sejak 2012 sudah menelan korban jiwa 5 orang semuanya akibat tertimbun pasir, memang sebelum saya bekerja disini juga sudah menelan beberapa korban setiap tahun.”
“ada beberapa faktor dari tragedy tertibun pasir tersebut, itu karena kelelaian pekerja sendiri yang menggali pasir dengan membuat gua, jenis pasir yang menyerap air sehingga beban berat bertambah tanpa ada tumpuan lain sehingga terjadinya longsor, mungkin juga memang ajal dari setiap orang bahwa hidupnya berakhir seperti itu, ada pula factor larangan dari istri dan mistis bahwa di Bukit Weol ada penunggu roh halus.” Tambah Bapak Don.
Dari setiap tragedy tersebut yang menelan nyawa pekerja, harapanya akan ada dari pemerintah untuk melindungi rakyatnya. Khususnya pihak pemerintah tingkat lurah dan kecamatan untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan keselamatan kerja bagi para pekerja tambang pasir yang ada di Bukit Weol.
“memang dari setiap tragedi pekerja yang tertimbun pasir selama ini, bagi keluarga yang ditinggalkan mendapat bantuan lain dari pemerintah, sekiranya untuk kedepan harapan saya dan kami semua pekerja disini agar dari pemerintah turun tangan melaksanakan sosialisasi dan pelatihan keselamatan kerja dalam areal tambang pasir, juga memperketat retribusi pertambangan disini untuk kami setiap pekerja mendapatkan tunjangan jika terjadi kecelakaan.” Harap Bapak Don kepada pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

5 Destinasi Wisata Yang Wajib Dikunjungi di Labuan Bajo Selain ke Pulau Komodo

  Penulis; Febri Wengke (keindahan kota pelabuhan Labuan Bajo dihiasi puluhan kapal yang mengambang, sumber; dokumentasi pribadi) Kegemara...